Rabu, 07 November 2012

Perjuangan Pahlawan Revolusi Ternodai

Share on :

Oleh : Harry Hardiyana
Indonesia merupakan negara dengan sumber kekayaan yang luar biasa serta dihiasi dengan keindahan alamnya yang memikat. Negara manapun saya yakin tidak ada yang mengatakan Indoenesia sebagai negera “miskin” ataupun negara kekurangan. Dengan sumber daya alam yang melimpah, mulai dari perut bumi hingga semua yang terhampar dalam permukaan bumi, mulai dari dasar terdalam lautan hingga puncak tertinggi di pegunungan, seolah mengindikasikan negeri ini bagaikan surganya dunia.

Kearifan lokal, keberagaman budaya serta keanekaragaman nilai-nilai adat istiadat yang tertanam dalam bangsa Indonesia membentuk sebuah identitas bangsa yang khas kemudian terbentuklah sebagai jati diri bangsa. Akan tetapi justru kita melihat apa yang terjadi saat ini adalah sebuah kegamangan secara sistemik jati diri bangsa. Secara perlahan negeri ini akan meninggalkan pelabuhan tanah air negerinya sendiri. Lambat laun identitas serta kepercayaan diri sebagai bangsa mungkin akan hilang. Fatal nya, dengan degradasi jati diri dan ideologi ini akan menyebabkan hilangnya rasa percaya diri, harga diri serta  sikap kemadirian bangsa.  
 
Dengan kompleksitas masalah yang terjadi, terlihat dengan hilangnya rasa percaya diri dan sikap kemadirian. Bangsa ini seolah menjadi “negara kaya yang belaga miskin”. Hingga dari aspek budaya yang lambat laun mulai di dominasi budaya asing sampai sumberdaya alam yang tak sepenuhnya di nikmati oleh rakyat sendiri bahkan cenderung di eksploitasi oleh asing. Hal ini menunjukan negeri ini merdeka dalam keadaan tidak berdaulat sepenuhnya.
Paling tidak kasus freepot, perusaan tambang emas milik amerika yang mengekspoitasi emas di  Indonesia yangi akan berakhir kontrak pada tahun 2021 dapat menjadi contoh. Dengan kekayaan emas Indonesia yang sangat melimpah, akan tetapi justru kekayaan tersebut sebagian besar direnggut haknya oleh bangsa asing. Dengan keuntungan yang tidak sedikit  pastinya diraih perusahaan freepot, semakin membuat  perusahaan ini kegirangan dan akan mengajukan perpanjangan kontrak kerjasama hingga tahun 2041.
Belum lagi kita teringat kasus blok cepu 2006 silam. Kekayaan migas Indoensia ini justru diserahkan kepada perusahaan asing Exxon. Entah apa yang dipkirkan pemerintah, yang pasti dengan status pemilik sumber daya alam seharusnya pemerintah Indonesia mendapatkan keuntungan lebih besar dan juga memiliki kontrol kebijakan atas kerjasama ini. Sehingga negeri ini tidak hanya menjadi pemilik yang tidak merasakan apa yang dimilikinya. Selain itu tambang gas blok mahakam yang akan selesai kontrak dengan perusaan Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation (Jepang) pada tahun 2017. Yang terjadi saat ini justru bukanlah momen untuk mencoba meraih kedaulatan energi dinegeri sendiri, akan tetapi terdapat indikasi perpanjangan kontrak hingga tahun 2037. hal ini juga terlihat berdasarkan kajian iress dalam petisi blok mahakam pada tanggal 10 Oktober 2012 di Jakarta bahwa dengan besarnya cadangan gas tersisa di blok mahakam hingga 50 %, pihak asing telah kembali mengajukan perpanjangan kontrak. Disamping permintaan oleh manajemen Total E & P, PM Prancis Francois Fillon pun telah meminta perpanjangan kontrak Mahakam pada kesempatan kunjungan ke Jakarta Juli 2011. Disamping itu  Menteri Perda­ga­ngan Luar Negeri Pran­cis Ni­cole Bricq kembali meminta perpanjangan kontrak saat kunjungan Jero Wacik di Paris, 23 Juli 2012. Hal yang sama disampaikan oleh CEO Inpex Toshiaki Kitamura saat bertemu Wakil Presiden Boediono dan Presiden SBY pada 14 September 2012.
Permasalahan kedaulatan energi ini tidak akan terselesaikan jikalau pemerintah tidak mau memberikan kesempatan kepada Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ) untuk mengelola SDA dan mengatur kontrol dalam sumber daya energi yang ada di Indoensia. Adapun sering munculnya problem Sumber Daya Manusia ( SDM ) yang kurang mumpuni dalam pengelolaan SDA rasanya seharusnya bukanlah menjadi problem utama. Karena dengan aset SDA yang sangat luar biasa “kaya” rasanya tidak mustahil kita mendatangkan ahli-ahli dunia untuk menjadi pekerja di Indonesia, bukan sebaliknya orang-orang terbaik dalam negeri yang justru kini menjadi pekerja perusahaan-perusahan asing dalam negeri ataupun di luar negeri yang hanya di iming-imingi dengan uang saja.
Belum lagi permasalahan ketahanan pangan, komersialisasi hukum, serta permasalahan lainnya yang menjurus kepada degradasi idiologi serta identitas bangsa yang kini hampir terjadi kepada seluruh aspek kehidupan bangsa.
Permasalahan-permasalahan ini banyak yang telah menodai perjuangan pahlawan revolusi. Kita teringat dengan perkataan sang Panglima Besar Jenderal Soedirman “lebih baik di bom atom, dari pada tidak merdeka sepenuhnya”. Dengan tidak berdaulatnya negeri ini dalam sumber daya energi dapat menjadi contoh penjajahan asing kontemporer sebagai pengkhianatan terhapap perjuangan pahlawan revolusi. Entah ada kepentingan apa pemerintah berpihak kepada asing, yang jelas nilai-nilai kedaulatan yang ditanamkan pahlawan revolusi telah ternodai.
Penetrasi-penetrasi bentuk penjajahan baru yang merasuk dan mempengaruhi kedaulatan bangsa justru seolah sejalan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah saat ini. Dapat kita lihat kebijakan pemerintah dari tidak sejalannya dengan kedaulatan energi, krisis ketahanan pangan, liberalisasi pendidikan serta permasalah sosial lainnya yang terjadi di masyarakat.
Harapannya setiap apa yang sudah diperjuangkan pahlawan dalam merebut revolusi menjadi refleksi kita semua bahwa konsekuensi kemerdekaan adalah berdaulat sepenuhnya di negeri sendiri.
Hidup Mahasiswa....!!!!

“Lebih Baik Dibom Atom, Dari Pada Tidak Merdeka Sepenuhnya”
-Jenderal Soedirman-


0 komentar:

Posting Komentar

Kritik & Saran yang membangun sangat diharapkan