Senin, 12 Maret 2012

Hidup akan lebih indah ketika Allah dijadikan tujuan, bukan memahakuasakan uang untuk tujuan.

Share on :
Ditulis : Minggu, 31 Juli 2011 / 30 Sya’ban 1431 H
Penulis : Harry Hardiyana.


Muqadimah :
Segala puji hanyalah milik Allah Swt, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah hamba dan Rasul Allah.

Sudut pandang ataupun perspektif setiap orang pasti tidak akan sama seluruhnya dalam memandang suatu persoalan ataupun obyek yang menjadi pembahasan. Disini penulis mencoba mengapresiasikan sudut pandang penulis terleapas dari segala kekurungan dan ketidak mumpuni ilmu yang dimiliki penulis.

Bukan artikel yang ditulis penulis karena tidak memenuhi syarat terbentuknya artikel, bukan bait kata profokasi demonstrasi, bukan alunan kata puisi dalam drama lakon, hanya sebuah pandangan dari realita social budaya dan politik yang dibentuk dalam runtuyan kata-kata. Mohon maaf banyak kealpaan dan semoga bermanfaat.


Esensi :
Bangsa dengan hampir 250 juta lebih penduduknya ini memang bangsa yang besar, dengan wilayah yang sangat luas yang memiliki ribuan pulau, Negara yang memiliki garis pantai terpanjang didunia, wilayah tropis dengan tanah yang sangat subur serta sumber daya bumi yang melimpah ruah dan banyak lagi yang belum terekspolarasi dan dimanfaatkan.

Seharusnya dengan SDM dan SDA yang sangat banyak inilah tidak ada kata “tidak Mungkin” bangsa kita menjadi bangsa yang besar,menjadi bangsa yang sejahtera dan makmur. Seharusnya muncul dibenak pikiran kita kata”Harus”, bangsa kita harus dan pasti sejahtera dengan pengelolaan dan kepemimpinan yang bijak, tegas dan adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” ( QS. Ar-Ra’du: 11 )

Kita sebagai bangsa harus menyadari kesalahan kita sendiri, kita ahrus mengevaluasi dan berbenah diri dalam bernegara dan berbangsa. kemerdekaan telah kita lewati,  reformasi sudah kita rasakan, tetapi apa yang kita dapatkan dari perubahan itu??.

Kita tengok apa yang terjadi pada bangsa kita sekarang, carut-marut masalah elit politik merebak bahkan menjadi permasalahan Nasional. Pemberantasan korupsi seperti permainan para elit politik saja, rasanya begitu terkuras energi bangsa kita untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada elit politik ini. Seolah-olah permasalahan ini mengalahkan permasahan yang sangat urgen lainnya, masalah kemiskinan yang sangat telanjang didepan mata kita, kesenjangan social dimana-mana,  pengobatan yang sangat mahal serta masalah urgen lainnya yang seakan-akan saat ini terlupakan.

Nazarudin bak selebritis dadakan di negeri ini, dan tokoh-tokoh lainnya bak lakon wayang dalam pentas, rakyat hanya bisa menonton dari layar dan berkata ini itu menyoraki para lakon. KPK seolah-olah terombang-ambing dengan masalah yang melanda, POLRI seolah-olah kehilanngan jati diri, kasus suap justru melanda penegak peradilan kita, sungguh tak heran jika keprustasian, kekecewaan, kegamangan melanda rakyat, lalu pada siapa rakyat tunduk sedangkan para pimpinan bangsa ini sibuk dengan urusannya masing-masing.

Padahal kita harus ingat :
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasull dan Ulul amri ( Pemegang kekuasaan )* ……..” ( QS. An-Nisa: 59 )

Ket: *Tunduk pada Ulul Amri selama pemegang kekuasaan berpegang dan tidak menyalahi aturan Allah dan Rasul.

Jika kepatuhan rakyat kepada pemimpin disalah gunakan untuk mencapai kepentingan kelompok atau perorangan maka rasanya seperti bom waktu yang tinggal menunggu kehancurannya saja.

Maka yang perlu kita lakukan sekarang adalah berbenah dan mengevaluasi bahwa diri kita ini penuh dengan kobangan lumpur kesalahan. Dan saatnya kita benar-benar harus memilih pemimpin yang siap menjadi pemimpin bukan mereka yang mau menjadi pemimpin. Karena kebanyakan dari kita “MAU” menjadi pemimpin tetapi belum “SIAP” menjadi pemimpin, sehingga bisa kita lihat sekarang ini banyak pemimpin yang hanya mau dalam kekuasaan tetapi belum siap dalam kepemimpinannya.

Kita tenngok “Komisi Pemberantasa Korupsi” kita sekarang ini yang sedang diuji integritas dan profesionalisme nya dalam menangani kasus korupsi di negeri ini. Seharusnya memang KPK harus sedikit belajar dari Mahkamah Konstitusi kita, terlepas dari segala kekurangan MK tetapi kita bisa lihat prestasi yang dimilikinya yang menjadi bahan percontohan Mahkamah Konstitusi di Negara lain. Selain itu ketika Mahkamah Konstitusi kita berupaya melakukan pembersihan dari pribadi-pribadi yang tidak bertanggung jawab, Mahkamah Konstitusi membentuk badan kode etik MK yang semuanya berasal dari luar ( Independen ). Tetapi apa yang kita lihat sekarang dalam komisi pemberantasa korupsi kita, badan kode etik KPK justru dihuni dari orang-orang KPK itu sendiri hanya beberapa saja yang dari luar ( Independen ), sehingga tidak aneh muncul pandangan bahwa terdapat nepotisme disana, seperti media menganalogikan menyapu dengan sapu yang kotor. Sehingga hal ini perlu menjadi bahan evaluasi kedepnnya, karena opini public saat ini gampang mencuat dan terkadang mudah terpoprokasi kepada hal yang negative sehingga hilangnya kepercayaan public terhadap penegak hukum dan pasti itu yang tidak diharapkan oleh kita semua.

Yang pada akhirnya dari semua carut-marut poblematika yang terjadi pada bangsa dan Negara kita sekarang ini adalah masalah seluruh elemen bangsa, bukan hanya kita menyerahkan dan menyalahkan keseluruhannanya kepada pemerintah atau kepada pemimpin, Karena sesungguhnya benar pemimpin itu mencerminkan rakyatnya, maka dimulai dari pemimpin serta rakyat berbenah dan mengevaluasi untuk bahu membahu membangun bangsa dan Negara yang lebih baik di masa yang akan mendatang.

Sudah saatnyalah kita saling mengingatkan dalam kebaikan, mengkritik dengan etika dan elegan, bukan mempropokasi demi kepentingan kelompok atau perorangan, bukan mengkritik dengan cara menghujat dan menjatuhkan human karakter. Dan sudah saatnyalah generasi muda berkreasi, generasi muda mencari solusi, membentengi diri dengan idelaisme beralirkan realis, mungkin saatnya perubahan merevolusi, sudah saatnya generasi baru mengantikan posisi.

Kita teringat kebnagkitan Nasional berawal dari pemuda, revolusi kemerdekaan berawal dan digagas oleh pemuda, reformasi lahir berkat pemuda, maka sudah saatnya kah generasi muda yang memimpin??

Kita berlindung kepada Allah dari kehancuran dan kebinasaan seperti bangsa-bangsa terdahulu yang telah Allah timpakan azab kepadanya, Kita berlindung kepada Allah dari sikap kemahakuasaan uang, yang seolah-olah uang adalah segalanya.

“Hidup akan lebih indah ketika Allah dijadikan tujuan, bukan memahakuasakan uang untuk tujuan.”


“MARHABAN YAA RAMADHAN”
Semangat Perubahan Dalam Kebaikan ..!!!

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik & Saran yang membangun sangat diharapkan